Kisah Sukses Feisal Edno Tanjung
Selamat pagi, siang, sore, malam, wahai para pembaca! Kembali lagi bersama kami yang siap memberi suguhan informasi kepada Anda! Dan lagi, selamat datang di Panara.id! Tempat dimana Anda bisa menemukan informasi terkini tentang Feisal Edno Tanjung yang merupakan 10 Panglima TNI Pertama di Indonesia. Untuk pembahasan sebelumnya, kami sudah memberikan informasi mengenai Jendral Kehormatan di Indonesia, yang bisa Anda klik link nya sekarang juga. Click! Untuk kali ini, ada info yang pasti sudah Anda tunggu-tunggu, yaitu mengenai Feisal Edno Tanjung. Tertarik? langsung saja kita lanjut.
Putra ke-5 dari 10 bersaudara dari pasangan Amin Husin Abdul Mun’im Tanjung, seorang tokoh Muhammadiyah di Tapanuli Utara dan Siti Rawani Hutagalung. Nama tengah "Edno" pada namanya disesuaikan dengan urutan kelahirannya laki-laki pendiam kelahiran Tarutung 1939 ini mendapat kado ulang tahun terbesar. Tak tanggung-tanggung, kado itu datang dari Presiden Republik Indonesia: ia diangkat menjadi orang nomor satu di Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) setelah dirinya bertugas lebih dari tiga dekade di Angkatan Darat.
Era 1990-an adalah masa ketika Soeharto berusaha mengurangi ketergantungannya kepada ABRI. Kemungkinan besar, ini dilakukan karena omongan kritis jenderal-jenderalnya. Era 1990-an juga merupakan masa kemesraan Soeharto dengan Islam politik dan zaman emas ABRI Hijau. Sebelum muncul gejolak besar anti-Soeharto, tentu apa yang terlihat di mata Feisal Tanjung adalah banyaknya elemen pendukung Soeharto yang terus menjabat. “la lebih terkesan dengan terpilihnya BJ Habibie sebagai wakil presiden, lantaran datang dari warga sipil,” tulis Solemanto dan Aziz Ahmadi.
Sebelum 1990, orang-orang yang dianggap ABRI Merah-Putih berjaya di posisi penting kemiliteran. Kelompok ABRI Merah-Putih yang dicap "orang-orangnya Benny" itu, menurut Salim Said, akhirnya dibersihkan oleh Soeharto yang tidak lagi percaya pada Benny. Kivlan Zen menyebut adanya upaya menjatuhkan Soeharto dengan isu suksesi yang "mulai didengungkan Jenderal Benny Moerdani di Hotel Ambarukmo Yogyakarta pada 1989 bersamaan dengan rencana pembentukan Yayasan Panglima Sudirman". Benny dan kelompoknya pun menuju kesuraman dan jadi sasaran pembersihan di ABRI. ABRI Merah-Putih surut dan giliran ABRI Hijau berkibar.
Peristiwa Santa Cruz Dili 1991 adalah jalan pembersihan itu. Dili, ibu kota provinsi Timor Timur, termasuk dalam wewenang Mayor Jenderal Sintong Panjaitan selaku Panglima Kodam Udayana. Sintong dianggap bagian dari kubu ABRI Merah-Putih. Sintong yang junior Feisal Tanjung ini akhirnya disidangkan. Atas perintah Soeharto, sidang Dewan Kehormatan Perwira (DKP) yang dipimpin Mayor Jenderal Feisal Tanjung digelar. Masih menurut Kivlan, posisi Feisal Tanjung sebagai Ketua DKP membuatnya dikenal oleh Soeharto. Sementara itu, karier Sintong, yang pernah sukses dalam pembebasan sandera Woyla, makin suram. meninggal di Jakarta, 18 Februari 2013 pada umur 73 tahun.
Nah, begitulah artikel tentang Kisah Sukses Feisal Edno Tanjung. Apakah Anda merasa artikel ini bermanfaat? Jika iya, mungkin ada pelajaran yang mungkin bisa diambil dari artikel di atas. Jangan lupa untuk mengunjungi artikel-artikel Panara Course lainnya ya! Sampai jumpa lain waktu!