Sejarah Hidup Djenderal Major TB Simatupang
Anda bosan untuk membuka-tutup website manapun? Sudah kesana kemari, menge-klik banyak link tapi belum juga mendapatkan informasi yang menarik? Hmm…tenang, Karena kami panara.id datang, bukan dengan tangan kosong, melainkan dengan membawa informasi yang pastinya dapat mengobati rasa bosan Anda dengan cepat, tepat, dan tuntas. Informasi kali ini adalah tentang Djendral Major TB Simatupang atau yang dulu kerap disapa “Bonar”. Penasaran kan? Tunggu apalagi? Berikut adalah informasinya.
Ketika Jenderal Sudirman mangkat pada 29 Januari 1950, pucuk pimpinan TNI diembankan kepada wakilnya, Jenderal Mayor Tahi Bonar Simatupang. Kala itu, Simatupang baru sehari menginjak usia ke-30. Sejak itulah, Sim – panggilan akrabnya – diangkat menjadi Kepala Staf Angkatan Perang (KSAP) yang membawahi tiap matra.
Bintang Simatupang memanglah telah benderang semenjak jadi taruna militer. Sim beliau merupakan jebolan Perguruan Militer Kerajaan Belanda (KMA) Bandung angkatan 1941. Bersama Sim, Alex Evert Kawilarang serta Abdul Haris Nasution merupakan kawan seangkatan di KMA. Apabila Kawilarang mengambil jurusan infanteri, hingga Sim memilah jurusan zeni, bidang militer yang berkaitan dengan persenjatan serta peralatan.
TB Simatupang merupakan salah satu pahlawan yang berjasa dan turut serta dalam gerilya selama perang kemerdekaan ketika Belanda ingin kembali menguasai Indonesia. TB Simatupang pun harus berhadapan dengan beberapa gerakan pemberontak dan separatis yang melakukan kekacauan. Semacam Angkatan Perang Ratu Adil di dasar Kapten Westerling yang menembaki anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) dikala merambah Bandung. Ada kurang lebih 79 anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) tewas dalam kejadian tersebut. Tidak hanya itu, sebagian gerakan pemberontak yang lain, semacam gerakan Andi Azis di Makasar, Republik Maluku Selatan, serta gerakan Darul Islam/ Tentara Islam Indonesia (DI/ TII) pula wajib dialami oleh TB Simatupang.
Di balik karya yang gemilang dalam menanggulangi bermacam konflik serta pemberontakan di daerah republik tetapi karier TB Simatupang wajib terhenti sebab pemikirannya tidak sejalan dengan Panglima Paling tinggi (dikala itu dijabat Bung Karno). Kejadian ini bermula dari pemberitaan yang mencoba menggantikan Kepala Staf Angkatan Darat (A.H.). Nasution yang diprakarsai oleh perwira TNI lainnya, Kolonel Bambang Supeno, menyatakan ketidakpuasannya terhadap Nasution karena ikut serta dalam Misi Militer Belanda (MMB) untuk meningkatkan kualitas TNI.
Setelah dipensiunkan dari jabatannya dari internal TNI beliau menerbitkan buku hasil pemikirannya baik dalam bidang militer maupun teologi. Diantaranya otobiografi di masa revolusi Laporan dari Banaran (1960), Pengantar Ilmu Perang di Indonesia (1969), Pelopor dalam Perang, Pelopor dalam Damai (1981), Iman Kristen dan Pancasila (1984). Kemudian wafat pada tanggal 1 januari 1990 dan diabadikan pada gambarnya juga terdapat dalam uang logam pecahan Rp500 tahun 2016.
Itu tadi merupakan artikel tentang panglima TNI Pertama di Indonesia yang kami berikan untuk Anda, apakah Anda merasa mendapatkan pencerahan? Atau Anda justru merasa membutuhkan orang yang dapat membantu Anda? Segera hubungi kami Panara Course di nomor yang tersedia.